Selasa, 10 Juni 2025

Program MBG, Harapan dan Kekhawatiran

Belakangan ini, dunia pendidikan kembali ramai dengan program baru dari pemerintah: MBG — Makan Bergizi Gratis.

Sebagai seorang guru, saya pribadi menyambut baik program ini.

Bayangkan saja, anak-anak datang ke sekolah tidak lagi dengan perut kosong. Mereka bisa belajar dengan lebih fokus, semangat, dan ceria karena kebutuhan gizinya terpenuhi. Bagi saya, itu bukan hal sepele.

Anak yang cukup gizi punya energi untuk berpikir, berinteraksi, dan tumbuh dengan sehat — baik secara fisik maupun mental.

Selain itu, program MBG ini bisa jadi penarik minat siswa di daerah pedesaan untuk lebih rajin datang ke sekolah. Banyak anak di pelosok yang terkadang absen bukan karena malas, tapi karena kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan. Kalau di sekolah ada jaminan makan bergizi gratis, tentu semangat mereka untuk hadir akan meningkat.

Jadi, secara tujuan, saya sangat mendukung.

Namun, di balik dukungan itu, saya juga tidak bisa menutup mata terhadap satu hal yang mengganjal di hati: besarnya dana yang terlibat.

Kita semua tahu, semakin besar anggaran, semakin besar pula potensi penyimpangan kalau tidak diawasi dengan baik.

Program sebagus apapun bisa kehilangan maknanya jika tidak dijalankan dengan jujur.

Saya hanya berharap, MBG tidak berubah menjadi ladang korupsi baru di lingkungan pendidikan.

Sungguh sayang jika niat baik untuk menyehatkan anak bangsa justru dikotori oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab.

Harapan saya sederhana:

Semoga program ini benar-benar menyentuh sasaran.

Semoga makanan yang diberikan betul-betul bergizi, bukan sekadar formalitas laporan.

Dan semoga semua pihak yang terlibat menjaga integritas demi masa depan anak-anak Indonesia.

Karena pada akhirnya, yang kita perjuangkan bukan sekadar program… tapi generasi yang tumbuh sehat, cerdas, dan jujur.