Berdamai dengan takdir
Menjadi seorang guru merupakan profesi
yang sama sekali tidak terpikirkan dalam kehidupan saya, bahkan Ketika lulus
kuliah tahun 2004 saya sempat berucap bahwa saya sudah Lelah ada di lingkungan
sekolah dan tidak mau kembali ke sekolah. Hingga sebuah moment yang ternyata merupakan takdir Allah merubah semuanya. Saya mencoba
menuangkannya dalam kisah berikut
Saya adalah lulusan fisika-MIPA dari ITS
Surabaya. Saya menghabiskan masa SD sampai SMA di sebuah kota kecil di jawa
tengah bernama Cepu yang terletak di berbatasan jawa tengah – jawa timur. Di
masa sekolah sebenarnya prestasi saya saya tidak terlalu menonjol. Saya juga
cenderung pendiam dan tidak terlalu suka keramaian, sehingga kurang dikenal
dikalangan guru dan teman. Sama seperti siswa pada umumnya saya tidak begitu
suka pelajaran menghitung yang tentunya salah satunya adalah mata pelajaran fisika.
Hingga akhirnya saat SMA saya diajar oleh “guru yang pas” yang membuat saya
lebih mengerti tentang pelajaran fisika. Kelas 1 dan 2 SMA nilai saya cukup
bagus dan nilai mata pelajaran
fisika selalu memuaskan. Fisika menjadi mata pelajaran yang selalu saya tunggu.
Namun di kelas 3 SMA guru fisika diganti, memang guru ini pandai namun saya
tidak mampu menangkap apa beliau ajarkan, akhirnya nilai fisika saya merosot
drastis. Momen ini nantinya turut memotivasi
saya untuk dapat menjadi “guru yang pas” bagi siswa – siswa saya.
Saat lulus SMA saya memberanikan diri
mendaftar UMPTN
dengan memilih jurusan teknik elektro dan fisika mipa di ITS. Salah satu perguruan tinggi
bonavid di Surabaya. Takdirku ternyata ada di pilihan kedua yaitu fisika mipa. Di jurusan fisika ini juga saya bertemu
wanita yang sekarang menjadi istri saya dan sama – sama berkarir menjadi guru
IPA. Kuliah di jurusan fisika membuat saya mendalami ilmu fisika dengan lebih
baik, melakukan percobaan – percobaan sebagai pemahaman konsep fisika dan serta
kegiatan – kegiatan lain yang cukup memuaskan rasa penasaran saya di pelajaran
fisika saat SMA. Di semester akhir saya iseng – iseng bekerja di sebuah Lembaga
bimbingan belajar privat dimana saya mendapat tugas mengajar seorang anak
bernama Andrew yang hyperaktif. Itulah pengalaman pertama saya mengajar meski
hanya secara privat. Saya lulus dalam waktu 4,5 tahun dengan IPK 2,95
Setelah lulus kuliah tahun 2004 dan
dipaksa keadaan untuk “berpisah” dengan calon istri yang memutuskan pulang
kampung ke madura (yang kemudian menjadi guru dan diangkat PNS 1 tahun
kemudian) sedangkan saya mengejar mimpi bekerja di Surabaya. Pada periode 2004
– 2008 saya saya bekerja di 3 perusahaan yaitu astra grup, lippo grup dan
perusahaan leasing. Gaji saya juga lumayan, ya bisalah untuk mulai mencicil
sebuah motor hehe.. pada tahun 2006 saya memberanikan diri menikah. Namun
karena istri saya sudah menjadi guru PNS di Madura dan saya bekerja di Surabaya
maka saya menjalani pernikahan jarak jauh. Sabtu siang pulang ke madura, minggu
pagi balik lagi ke Surabaya.
Tahun 2008 adalah tahun yang membalikkan
kehidupan saya. Ditahun ini saya dikaruniai anak pertama dan di tahun yang sama di usia
anak yang masih sangat kecil istri saya hamil lagi, kondisi itu juga bertepatan
dengan ibu mertua jatuh sakit sehingga memerlukan perawatan intensif. Sedangkan
istri saya adalah anak satu – satunya yang tinggal bersama orang tua maka otomatis istri
saya merawat 3 orang sekaligus, anak yang masih kecil, ibu yang sakit dan diri
sendiri yang sedang hamil. .. saat itu saya kalut memikirkan kondisi istri yang
sendirian di rumah. Jika biasanya saya seminggu sekali pulang maka sejak hari
itu saya pulang hampir setiap hari. Pukul 9 malam sampai rumah pukul 4 pagi
berangkat lagi. Kondisi itu membuat tubuh saya drop dan performa kerja pun
merosot tajam. Kondisi ini kemudian memaksa saya membuat keputusan besar dalam
hidup yaitu resign dari pekerjaan dan pulang kampung ke madura walau saya tidak
tahu akan kerja apa di madura saat itu. Niat saya hanya menemani anak istri dan
merawat ibu mertua. Saya yakin dengan niat yang baik ini Allah akan membantu saya
Setelah memutuskan pulang kampung saya
mulai mencari pekerjaan dan dengan saran istri saya mendaftar menjadi guru
honorer di sekolah-sekolah di sampang, termasuk di SMPN 3 Jrengik tempat saya
sekarang mengabdi namun tanpa adanya pengalaman dan koneksi hanya penolakan
yang saya dapat. Hingga pada suatu hari saya diajak teman istri untuk membantu
mengajar di MA darul muttaqin di desa lomaer kab. bangkalan dan mengajar mata pelajaran fisika. Disitulah pengalaman mengajar
saya dimulai dan di sekolah itu juga merasakan berdiri dan berbicara di depan
siswa. Jujur berbicara di depan siswa dan mengajar adalah pengalaman yang
sangat berat, saya sudah terbiasa presentasi di depan teman karyawan lain namun
mengajar adalah hal yang sangat – sangat berbeda. Keringat dingin, lidah kelu
dan kagok adalah kesan pertama saya di hari pertama mengajar. Beberapa hari
setelah mengajar saya diminta membantu
mengajar juga di 3 lembaga lain yaitu SMP Ijadul himam, SMA Nahdatul athfal dan
MTS al jauhari. Dari mengajar 4 lembaga dan full selama 6 hari saya hanya
mendapat gaji sekitar 235rb. Saya sempat syok dengan keadaan ini dari gaji
sekitar 2 – 3 juta di Surabaya menjadi hanya 235 rb. Namun hal ini tetap
berusaha saya syukuri, Bagi saya saat itu uang memang penting tapi pengalaman
jauh lebih penting. Dan jika tidak dapat imbalan dari manusia yakinlah bahwa
Allah telah menyiapkan imbalan yang jauh lebih baik. Dari sekolah – sekolah
tersebut pengalaman mengajar saya terasah dan saya menjadi tersadar kondisi
anak – anak sekolah yang bahkan tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Sekolah
tanpa seragam, tanpa sepatu, siswa jarang masuk, siswa yang tidak bisa membaca
dll. Hal yang tidak pernah saya temui sepanjang hidup. Dari sini motivasi saya
untuk berperan di masyarakat dengan mengabdi sebagai guru mulai tumbuh. Saya
bertekad menyumbangkan ilmu saya kepada anak – anak ini.
5 bulan saya menjadi guru saya mendapat berkah
yang luar biasa dari Allah. Akhir 2008 ada tes PNS guru dan saya diterima
menjadi guru PNS dan ditempatkan SMPN 3 Jrengik Kab. Sampang sekolah yang
sempat menolak saya menjadi GTT. Saya jadi teringat saat pertama kali memutuskan resign dari
perusahaan di surabaya. Inilah jawaban dari Allah atas niat baik saya pulang
kampung menemani anak istri, dan sejak itu saya bertekad untuk menjadi guru
yang lebih baik lagi. Diterima menjadi PNS juga berarti saya harus berpisah dengan
siswa – siswa di 4 lembaga yang saya ajar sebelumnya. Ketika saya berpamitan
beberapa siswa menangis dari situ saya sadar besarnya peran guru bagi semangat
sekolah mereka, mereka mengatakan suka saya mengajar di sekolah mereka karena
saya selalu masuk saat ada jam mengajar dan selalu memjelaskan materi dan
jarang diminta mencatat. Perkataan yang membuat saya cukup terhenyak. Ternyata
itu yang dibutuhkan siswa. Kehadiran guru di kelas dan berinteraksi dengan
mereka. Pernyataan ini yang cukup memotivasi saya menjadi guru yang lebih baik
lagi
Awal 2009 Saya mulai bertugas di SMPN 3
Jrengik. Yang pada saat itu adalah sekolah baru. Saya masuk saat semester genap
tahun 2008 – 2009 baru dimulai. Saat itu kepala sekolah mengatakan bahwa beliau
sudah mengetahui bahwa saya adalah lulusan ITS dan beliau menaruh harapan besar
ke saya untuk membantu membesarkan nama SMPN 3 Jrengik. Dan di semester
tersebut saya diberi tugas sebagai urusan kurikulum serta diberi tugas tambahan
menyiapkan siswa mengikuti olimpiade sains nasional. Hal yang tentunya saat
asing bagi saya, namun setelah belajar ke sekolah lain dan browsing di internet
akhirnya saya mampu mengemban tugas yang diberikan ke saya dengan baik.
Tahun – tahun pertama menjadi guru
sangat berat bagi saya, factor budaya dan bahasa benar – benar menghambat saya
namun sedikit demi sedikit saya belajar budaya dan bahasa madura serta motivasi saya di masa
sekolah bahwa siswa akan tertarik pada suatu pelajaran jika “menemukan guru
yang pas” serta motivasi pernyataan siswa di sekolah sebelumnya bahwa “disiplin
mengajar dan berinteraksi dengan siswa” adalah hal yang sangat vital mampu
membantu saya untuk belajar menjadi guru yang lebih baik lagi dan lagi
Dan sekarang tahun 2021 atau 12 tahun
semenjak saya menjadi guru saya sudah pernah menjadi urusan kurikulum dan
kesiswaan, menjadi proctor ujian nasional, operator ujian sekolah serta meraih
beberapa capaian yang cukup membanggakan setidaknya bagi saya pribadi antara
lain menjadi juara Olimpiade guru Nasional tk Kabupaten. Memperoleh nilai
tinggi di Ujian Kompetensi Guru yang mengantarkan saya menjadi Instruktur
Nasional Guru Pembelajar dan berkesempatan mengikuti diklat – diklat tingkat
nasional dan juga mengantarkan saya menjadi peserta PLPG lewat jalur nilai UKG.
Saya juga pernah menghantarkan siswa menjadi juara OSN maple IPA tingkat
kabupaten.
Namun tidak ada prestasi yang lebih
membanggakan bagi seorang guru selain melihat siswa – siswa saya menjadi orang
sukses di masa depannya dan melihat ilmu yang saya berikan bermanfaat bagi mereka
di kehidupan bermasyarakat dan itulah yang menjadi passion saya sekarang.
Menjadi guru yang dapat memberikan manfaat bagi siswa – siswa saya. Anak – anak
saya..